Jumat, 20 Februari 2015

Panah Tradisional Indonesia




Jemparingan

Olah Raga Panahan ala Yogyakarta.


Busur dan anak panah merupakan kesatuan yang menjadi senjata para punggawa kerajaan masa lalu, namun demikian keberadaannya sampai saat ini masih menjadi hal yang menarik. Di Cabang olahraga pun panahan menjadi salah satu cabang yang dilombakan dalam beberapa event diantaranya PON, SEA GAMES, Asean Games dan tidak jarang di Olimpiade. Namun apakah Anda pernah melihat atlet panahan yang memakai pakaian tradisional jawa dan melepaskan anak panah sembari duduk bersila ?
  
 Jemparingan

Yogyakarta dengan segudang keunikan mampu mengapresiasi hal tersebut dengan menggelar olah raga tradisional Jemparingan atau dikenal juga dengan Panahan Tradisional Mataraman. Jemparing merupakan kata bahasa jawa yang berarti panah, Jemparingan awal mulanya hanya sebagai kegiatan latihan prajurit keraton namun lama kelamaan dijadikan kegiatan olahraga..
Kegiatan perlombaan olah raga seni memanah tersebut sudah rutin di selenggarakan oleh pihak Keraton Kasultanan Yogyakarta sejak tahun 1934. Event ini dilakukan setiap 35 hari sekali bertepatan dengan hari selasa wage dalam penanggalan jawa yang bertepatan sebagai hari lahir Sri Sultan Hamengku Buwono X. Dengan menggambil tempat di Lapangan Kemandungan Kidul, Kraton Kasultanan Yogyakarta atau dibelakang gedung Sasono Hinggil Dwi Abad, Alun Alun Selatan Yogyakarta. Untuk peserta lomba saat ini tidak terbatas kalangan keraton dan masyarakat Yogyakarta saja namun sudah meluas sampai ke suku bahkan bangsa lain.Lomba tersebut terdiri dari 20 rambahan atau putaran dan setiap putaran peserta diberi kesempatan untuk meluncurkan 5 anak panah dengan duduk bersila  berderet untuk memanah target sasaran yang berjarak sejauh 30 meter.
Sekilas nampak olah raga tersebut hanya membidik sasaran yang disebut

  Jemparingan 

bandul atau bedor dengan busur dan anak panah, namun keunikan tersebut ada pada pelaku pemanah tersebut yakni berpakaian adat surjan atau peranakan, jarit dan memakai blangkon untuk kostum pria dan untuk wanita berupa kebaya dan jarit. serta cara memanah yang unik yakni dengan duduk bersila.
Beberapa pendapat olah raga ini sangat bagus untuk meningkatkan daya konsetrasi. Filosofi yang dapat diambil dari kegiatan tersebut adalah peserta yang menang adalah peserta yang mampu mengasah rasa dan membangun hubungan dengan sesuatu yang jauh dari kita
How to get there :
Untuk menuju tempat ini anda dapat menggunakan menggunakan kendaraan tradisional berupa becak atau Andong yang banyak di kota Yogyakarta atau angkutan modern seperti taksi. Atau bisa juga menggunakan kendaraan pribadi baik roda dua maupun roda empat yang dapat diparkir disekitar Alun Alun Selatan keraton Yogyakarta.





LOMBA PANAH TRADISIONAL. Sejumlah warga bersiap melepaskan anak panah ketika mengikuti lomba panah tradisional di Distrik Kwamki Lama-Timika, Kab. Mimika, Papua, Sabtu (13/8). Ratusan warga Papua dari tujuh kampung di Distrik Kwamki Lama, mengikuti lomba tersebut selain untuk menyambut HUT RI ke-66, juga guna mengurangi kebiasaan perang suku di antara mereka. FOTO ANTARA/Husyen Abdillah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar